BANDA ACEH – Dua rekor dunia dipecahkan di Aceh. Sekira 5.000 orang belajar bahasa Inggris secara massal dan tercatat sebagai training bahasa Inggris dengan peserta terbanyak dan paling manakjubkan di dunia.
Add caption |
Kegiatan yang berlangsung di Stadion Harapan Bangsa, Sabtu (30/6/2012) sore itu, mendapat dua penghargaan dari Guinness Royal World Record dan Amazing World Record.
Setifikat Guinness Royal World Record diserahkan Ron Muller, perwakilan lembaga pencatat rekor dunia dari Inggris itu kepada panitia pelaksana, yakni Mister English Club. Sementara sertifikat Amazing World Record diserahkan perwakilan dari India, Paavan Solanski.
Ron Muller mengatakan, belum ada training bahasa Inggris di dunia dengan peserta sebanyak ini. “Saya sangat bangga bisa memberikan sertifikat ini kepada kalian semua,” ucap Muller.
“Saya bangga dengan kreativitas anak muda yang mengadakan training ini. Orang muda adalah orang-orang yang bisa mengubah sesuatu. Aceh sudah kembali bagus karena kreativitas anak mudanya,” lanjut sahabat karib Presiden Amerika Serikat Barack Obama itu.
Paavan Solanski, perwakilan Amazing World Record, menambahkan, kegiatan ini layak mendapat penghargaan.
“Di India hanya pernah melibatkan 500 sampai 700 orang. Saya sangat bangga bisa menyerahkan sertifikat ini,” ucapnya.
Peserta yang terlibat dalam training massal itu terdiri dari 1.000 masyarakat umum, 1.000 mahasiswa, 1.000 siswa SMA/sederajat, 1.000 siswa SMP/sederajat, dan 1.000 siswa SD/sederajat. Mereka memenuhi tribun stadion sebelah barat.
Peserta dibagikan modul tentang dasar-dasar pendidikan bahasa Inggris. Difasilitasi 500 trainer dari Aceh, mereka membentuk kelompok-kelompok sesuai jenjang pendidikan dan berdiskusi.
“Kegiatan ini kami adakan untuk memotivasi masyarakat, sekaligus memperkenalkan prestasi Aceh kepada dunia. Ingin mengubah imej Aceh pada dunia,” ujar Teuku Rusdy, penanggung jawab sekaligus penggagas belajar bahasa Inggris massal tersebut.
Menurutnya, kegiatan ini bukan sekadar menampilkan kuantitas, namun mengutamakan kualitas. Peserta yang ikut kegiatan ini akan terus di-trainingsesuai kelompoknya hingga enam bulan ke depan.
“Seminggu training-nya dua kali di tempat lain. Tidak lagi massal seperti ini,” tukasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar