Mushala dekat rumah saya posisinya tidak persis menghadap ke Kiblat (Masjid al-Harâm) sehingga tiap kali akan shalat kita harus menyerongkan arah sajadah sekitar tiga puluh derajat ke kanan. Pagi ini saya teringat kepada sebuah masjid kecil di kota Tegal yang keadaannya justru kebalikan mushala saya di sini.
Antara tahun 1993-1995 kalau saya tidak salah ingat, saya dan beberapa sahabat, sedikitnya setahun sekali ke Pekalongan ke tempat al-Habîb Muhammad Luthfi bin Yahya, di antaranya untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Dalam salah satu perjalanan kami mampir dan bermalam di Tegal, di rumah Pak Ahmad.
Ketika datang waktu subuh kami bersama Pak Ahmad berangkat ke masjid dekat rumah beliau untuk shalat Subuh berjamaah. Di perjalanan menuju masjid beliau sudah mengingatkan," Jangan kaget lihat masjid saya."
Masjidnya memang tidak besar, tapi sangat unik. Saya belum pernah melihat masjid seunik masjid Pak Ahmad ini. Di dinding depan masjid, dekat pintu masuk, ada sebuah tulisan besar tapi bukan kaligrafi. Tulisannya adalah MASJID INI SUDAH MENGHADAP KIBLAT.
Selidik punya selidik rupanya tulisan itu sengaja dibuat oleh Pak Ahmad untuk mengimbangi keunikan sebagian jamaah di sana yang punya kebiasaan aneh yaitu menyerongkan sajadah sedikit ke arah kanan ketika melakukan shalat. Mungkin ajaran orang tua-orang tua kita dulu bahwa arah Kiblat kita 'ngulon agak serong sedikit' tetap diterapkan meskipun di masjid yang sebenarnya sudah menghadap Kiblat (Masjid al-Harâm). Semoga tulisan Pak Ahmad, MASJID INI SUDAH MENGHADAP KIBLAT, berhasil mengubah kebiasaan sebagian jamaah itu.
Memang, tubuh menghadap Kiblat (Masjid al-Harâm) adalah salah satu syarat sahnya shalat. Jamaah masjid di Tegal tadi sangat beruntung karena ada orang seperti Pak Ahmad yang memperhatikan kekeliruan arah Kiblat mereka dan kemudian dengan caranya yang ajaib berinisiatif meluruskan kekeliruan tersebut. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan karena kekeliruan itu dapat dilihat oleh mata lahiriah.
Jika tubuh jasmani mempunyai Kiblat dalam gerak-gerik ibadah lahiriah, hati kita pun mempunyai Kiblat yang menjadi arah untuk siapa ibadah-ibadah itu ditujukan. Kiblat bagi hati kita tidak lain adalah Allah swt itu sendiri. Kekeliruan penentuan Kiblat lahiriah tanpa sengaja dapat dimaafkan, kesalahan penentuan Kiblat hati baik sengaja atau tidak sengaja menyebabkan ibadah-ibadah kita tidak diterima bahkan dihitung sebagai dosa (maksiat batin).
Kesalahah penentuan Kiblat lahiriah akan mudah terlihat dan diluruskan oleh orang lain yang mengetahui, tetapi kesalahan karena hati menujukan ibadah untuk selain Allah tidak akan ada yang dapat meluruskan karena tidak ada seorang pun yang mempunyai akses untuk mengetahui gerak-gerik hati kita.
Melakukan ibadah tetapi berharap balasan dari selain Allah, apakah itu berharap pujian orang atau berharap terhindar dari cacian orang atau berharap pemberian orang disebut Riya'. Riya' adalah sebuah penyakit hati yang sangat berbahaya, sangat mengerikan dan sekaligus sangat mematikan.
Sangat berbahaya, karena demikian samar dan tersembunyi di kedalaman lubuk hati, sehingga sulit terdeteksi. Jangankan oleh oleh orang lain, bahkan oleh kita sendiri pun sulit.
Sangat mengerikan, karena menghancurkan amal dan mendatangkan malapetaka akhirat.
Sangat mematikan karena menyerang inti ketauhidan, membelokkan niat dan memusnahkan keikhlasan. Nabi saw menyebut penyakit riya' ini sebagai al-syirk al-khafî(syirik yang sangat tersembunyi) dan al-syirk al-ashghâr (syirik yang sangat kecil), berarti termasuk keluarga besar sirik (mempersekutukan Allah. Mengapa?
Niat adalah roh atau nyawa bagi amal kita. Orang yang riya', tanpa ia sadari, sedang ‘menuhankan’ manusia. Bagaimana tidak, bukankah niat berisi untuk siapa amal itu dilakukan dan apa harapan kita melalui amal itu. Orang yang riya' dengan shalatnya, menujukan shalat itu kepada manusia dengan harapan mendapatkan pujian mereka. Demikian pula bila ia melakukannya dengan dakwah, sedekah, puasa, membaca Al-quran, dzikir, doa, haji dan umrah. Ibadah dengan niat riya' seperti ini rusak dan tertolak.
Abu Sa’id al-Khudri ra berkata,” Rasulullah saw menemui kami ketika kami sedang membicarakan tentang Pembohong Dajjal.” Beliau saw bersabda,”Maukah aku beritahukan kalian sesuatu yang menurutku lebih aku khawatirkan menimpa kalian melebihi kekhawatiranku terhadap Pembohong Dajjal itu ?”
Para sahabat ra menjawab,” Tentu kami mau, wahai Rasulullah.” Beliau saw bersabda,” Al-syirk al-khafî (syirik yang sangat tersembunyi), yaitu seseorang berdiri untuk melakukan shalat, lantas ia perbagus shalatnya itu karena merasa orang sedang melihatnya.” (H.R.Ibnu Majah, al-Albani berkata: Hadits hasan)
Hadits ini hanya menyebutkan memperbagus shalat karena merasa diawasi orang, tetapi tentunya berlaku juga untuk sadekah yang berharap pujian, membaca al-Quran yang berharap sanjungan, bejuang di jalan Allah dan ibadah-ibadah lainnya. Amal-amal yang tidak karena Allah tersebut termasuk al-syirk al-khafî (syirik yang sangat tersembunyi) dan tidak akan diterima oleh Allah swt.
Dari Mahmud bin Labid: Rasulullah saw bersabda," Sungguh, yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah al-syirk al-ashghâr (syirik yang sangat kecil)." Sahabat ra bertanya," Apakah al-syirk al-ashghâr (sirik yang sangat kecil) itu, wahai Rasulullah?" Beliau saw bersabda," Riya'. Sesungguhnya Allah Tabâraka wa Ta'âlâ akan berkata kepada orang yang riya' di hari ketika Ia membalas amal-amal para hamba: "Pergilah kalian kepada orang-orang yang dulu ketika di dunia kalian pamerkan amal-amal kalian! lalu lihat balasan apa yang bisa kalian peroleh dari mereka!"
( HR. Ahmad, al-Arna'ûth berkata: sanadnya sahih)
Pak Ahmad telah menulis di dinding masjidnya ' MASJID INI SUDAH MENGHADAP KIBLAT ', untuk meluruskan jasad para jamaah agar menghadap ke arah Kiblat secara benar.
Kita sudah terlanjur sering menujukan hati kita kepada manusia melalui ibadah kita kepada Allah. Hati kita telah bergeser jauh dari Allah bukan hanya satu atau dua derajat, mungkin sudah seratus delapan puluh derajat. Dalam satu hari hati kita bisa berpuluh kali gonta-ganti kiblat. Kadang kiblatnya 'apa kata orang', kadang kiblatnya 'berharap pemberian orang', kadang kiblatnya 'pujian orang'. Mungkin perlu juga bagi kita untuk menoreh tulisan di dinding hati kita dengan mata pahat ketulusan:
'KIBLAT HATI INI HANYALAH ALLAH SEMATA'
SILAHKAN DI BAGIKAN KE BERANDA / DI TANDAI DI SALAH SATU FOTO DI ALBUM JIKA YANG DI TANDAI DAPAT TERMOTIVASI TUK BAIK,. INSYAALAH AKAN DI CATATKAN SEBAGAI SUATU AMAL BAIK, AAMIIN,.
Add caption |
Ketika datang waktu subuh kami bersama Pak Ahmad berangkat ke masjid dekat rumah beliau untuk shalat Subuh berjamaah. Di perjalanan menuju masjid beliau sudah mengingatkan," Jangan kaget lihat masjid saya."
Masjidnya memang tidak besar, tapi sangat unik. Saya belum pernah melihat masjid seunik masjid Pak Ahmad ini. Di dinding depan masjid, dekat pintu masuk, ada sebuah tulisan besar tapi bukan kaligrafi. Tulisannya adalah MASJID INI SUDAH MENGHADAP KIBLAT.
Selidik punya selidik rupanya tulisan itu sengaja dibuat oleh Pak Ahmad untuk mengimbangi keunikan sebagian jamaah di sana yang punya kebiasaan aneh yaitu menyerongkan sajadah sedikit ke arah kanan ketika melakukan shalat. Mungkin ajaran orang tua-orang tua kita dulu bahwa arah Kiblat kita 'ngulon agak serong sedikit' tetap diterapkan meskipun di masjid yang sebenarnya sudah menghadap Kiblat (Masjid al-Harâm). Semoga tulisan Pak Ahmad, MASJID INI SUDAH MENGHADAP KIBLAT, berhasil mengubah kebiasaan sebagian jamaah itu.
Memang, tubuh menghadap Kiblat (Masjid al-Harâm) adalah salah satu syarat sahnya shalat. Jamaah masjid di Tegal tadi sangat beruntung karena ada orang seperti Pak Ahmad yang memperhatikan kekeliruan arah Kiblat mereka dan kemudian dengan caranya yang ajaib berinisiatif meluruskan kekeliruan tersebut. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan karena kekeliruan itu dapat dilihat oleh mata lahiriah.
Jika tubuh jasmani mempunyai Kiblat dalam gerak-gerik ibadah lahiriah, hati kita pun mempunyai Kiblat yang menjadi arah untuk siapa ibadah-ibadah itu ditujukan. Kiblat bagi hati kita tidak lain adalah Allah swt itu sendiri. Kekeliruan penentuan Kiblat lahiriah tanpa sengaja dapat dimaafkan, kesalahan penentuan Kiblat hati baik sengaja atau tidak sengaja menyebabkan ibadah-ibadah kita tidak diterima bahkan dihitung sebagai dosa (maksiat batin).
Kesalahah penentuan Kiblat lahiriah akan mudah terlihat dan diluruskan oleh orang lain yang mengetahui, tetapi kesalahan karena hati menujukan ibadah untuk selain Allah tidak akan ada yang dapat meluruskan karena tidak ada seorang pun yang mempunyai akses untuk mengetahui gerak-gerik hati kita.
Melakukan ibadah tetapi berharap balasan dari selain Allah, apakah itu berharap pujian orang atau berharap terhindar dari cacian orang atau berharap pemberian orang disebut Riya'. Riya' adalah sebuah penyakit hati yang sangat berbahaya, sangat mengerikan dan sekaligus sangat mematikan.
Sangat berbahaya, karena demikian samar dan tersembunyi di kedalaman lubuk hati, sehingga sulit terdeteksi. Jangankan oleh oleh orang lain, bahkan oleh kita sendiri pun sulit.
Sangat mengerikan, karena menghancurkan amal dan mendatangkan malapetaka akhirat.
Sangat mematikan karena menyerang inti ketauhidan, membelokkan niat dan memusnahkan keikhlasan. Nabi saw menyebut penyakit riya' ini sebagai al-syirk al-khafî(syirik yang sangat tersembunyi) dan al-syirk al-ashghâr (syirik yang sangat kecil), berarti termasuk keluarga besar sirik (mempersekutukan Allah. Mengapa?
Niat adalah roh atau nyawa bagi amal kita. Orang yang riya', tanpa ia sadari, sedang ‘menuhankan’ manusia. Bagaimana tidak, bukankah niat berisi untuk siapa amal itu dilakukan dan apa harapan kita melalui amal itu. Orang yang riya' dengan shalatnya, menujukan shalat itu kepada manusia dengan harapan mendapatkan pujian mereka. Demikian pula bila ia melakukannya dengan dakwah, sedekah, puasa, membaca Al-quran, dzikir, doa, haji dan umrah. Ibadah dengan niat riya' seperti ini rusak dan tertolak.
Abu Sa’id al-Khudri ra berkata,” Rasulullah saw menemui kami ketika kami sedang membicarakan tentang Pembohong Dajjal.” Beliau saw bersabda,”Maukah aku beritahukan kalian sesuatu yang menurutku lebih aku khawatirkan menimpa kalian melebihi kekhawatiranku terhadap Pembohong Dajjal itu ?”
Para sahabat ra menjawab,” Tentu kami mau, wahai Rasulullah.” Beliau saw bersabda,” Al-syirk al-khafî (syirik yang sangat tersembunyi), yaitu seseorang berdiri untuk melakukan shalat, lantas ia perbagus shalatnya itu karena merasa orang sedang melihatnya.” (H.R.Ibnu Majah, al-Albani berkata: Hadits hasan)
Hadits ini hanya menyebutkan memperbagus shalat karena merasa diawasi orang, tetapi tentunya berlaku juga untuk sadekah yang berharap pujian, membaca al-Quran yang berharap sanjungan, bejuang di jalan Allah dan ibadah-ibadah lainnya. Amal-amal yang tidak karena Allah tersebut termasuk al-syirk al-khafî (syirik yang sangat tersembunyi) dan tidak akan diterima oleh Allah swt.
Dari Mahmud bin Labid: Rasulullah saw bersabda," Sungguh, yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah al-syirk al-ashghâr (syirik yang sangat kecil)." Sahabat ra bertanya," Apakah al-syirk al-ashghâr (sirik yang sangat kecil) itu, wahai Rasulullah?" Beliau saw bersabda," Riya'. Sesungguhnya Allah Tabâraka wa Ta'âlâ akan berkata kepada orang yang riya' di hari ketika Ia membalas amal-amal para hamba: "Pergilah kalian kepada orang-orang yang dulu ketika di dunia kalian pamerkan amal-amal kalian! lalu lihat balasan apa yang bisa kalian peroleh dari mereka!"
( HR. Ahmad, al-Arna'ûth berkata: sanadnya sahih)
Pak Ahmad telah menulis di dinding masjidnya ' MASJID INI SUDAH MENGHADAP KIBLAT ', untuk meluruskan jasad para jamaah agar menghadap ke arah Kiblat secara benar.
Kita sudah terlanjur sering menujukan hati kita kepada manusia melalui ibadah kita kepada Allah. Hati kita telah bergeser jauh dari Allah bukan hanya satu atau dua derajat, mungkin sudah seratus delapan puluh derajat. Dalam satu hari hati kita bisa berpuluh kali gonta-ganti kiblat. Kadang kiblatnya 'apa kata orang', kadang kiblatnya 'berharap pemberian orang', kadang kiblatnya 'pujian orang'. Mungkin perlu juga bagi kita untuk menoreh tulisan di dinding hati kita dengan mata pahat ketulusan:
'KIBLAT HATI INI HANYALAH ALLAH SEMATA'
SILAHKAN DI BAGIKAN KE BERANDA / DI TANDAI DI SALAH SATU FOTO DI ALBUM JIKA YANG DI TANDAI DAPAT TERMOTIVASI TUK BAIK,. INSYAALAH AKAN DI CATATKAN SEBAGAI SUATU AMAL BAIK, AAMIIN,.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar