Add caption |
''Wajahku bersujud kepada Zat yang telah menciptakannya, membentuknya, dan membuka pendengaran dan penglihatannya dengan daya upaya dan kekuatan-Nya. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling bagus.''
Demikian arti dari doa yang dibaca dalam sujud tilawah, sujud yang dilaksanakan manakala terbaca atau terdengar ayat-ayat yang bertanda khusus dalam Alquran, yaitu ayat-ayat sajadah. Aktivitas sujud, selain untuk mengingat eksistensi diri yang tercipta dari tanah dan akan kembali ke tanah, juga merefleksikan seluruh organ tubuh pada bentuk kesyukuran yang hakiki.
Ayat-ayat sajadah terdiri atas 15 ayat yang tersebar di beberapa surat dalam Alquran. Makna yang terkandung di dalamnya sangatlah esensial. Ia menunjukkan apa yang di langit maupun di bumi seluruhnya bersujud ke haribaan Allah. Begitu pula manusia, merupakan kelaziman baginya untuk tunduk patuh mengabdikan diri kepada-Nya. (QS Ar-Ra’d [13]:15).
Manusia terkadang merasa dirinya paling besar dan hebat saat segala kebutuhannya terpenuhi, kemauannya tercapai, dan omongannya didengar oleh banyak orang. Padahal, telah diingatkan oleh Allah akan jati diri manusia melalui takbir, rukuk, dan sujud dalam shalat. Itu pula yang berlaku pada sujud tilawah. Sujud ini diawali dengan takbir yang menyimbolkan pengakuan akan kebesaran-Nya; diiringi pujian untuk-Nya; dan diakhiri dengan salam. Ibnu Umar RA berkata, ''Adalah Nabi Muhammad SAW yang membacakan Alquran kepada kami. Maka, apabila melewati ayat sajadah, ia bertakbir dan sujud, dan kami pun sujud bersamanya.'' (HR Abu Dawud).
Sujud tilawah hukumnya sunah, tidak dibebankan kewajiban atas pelaksanaannya. Pahala terkandung di dalamnya saat dikerjakan, dan tiada berdosa saat ditinggalkan. Berkata Umar bin Khathab RA, ''Hai manusia, kita melewati ayat sujud. Barang siapa bersujud, ia mendapat pahala, dan barang siapa tidak bersujud, ia tidak berdosa.''
Hanya saja, saat esensi sujud tilawah dipahami dengan baik, maka akan muncul keterpanggilan untuk sujud. Pemahaman merupakan tolok ukur dari seluruh pekerjaan. Baik tidaknya pekerjaan maupun ibadah seseorang tergantung seberapa dalam ia memahaminya. Pemahaman pula yang menumbuhkan keyakinan dan optimisme dalam sujud.
Sujud adalah manifestasi penyerahan diri kepada sang Khalik secara totalitas tanpa tendensi apa pun; sarana mengingat kekuasaan-Nya; pelebur segala macam penyakit hati: riya', sombong, dan dengki; penghapus segala hal pembeda dalam diri manusia: gelar, pangkat, dan keturunan. Seluruhnya sama, hanya takwa yang menjadikan seseorang istimewa di hadapan Allah SWT.
Wallahu A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar