Add caption |
TEMPO.CO , New York - Seorang gay, seorang pensiunan guru dan istrinya, dua pasang ayahm serta seorang anakm termasuk di antara mereka yang hidupnya berubah ketika seorang ibu berusia 35 tahun tahun dari North Carolina, AS, menyumbangkan sebuah ginjal kepada orang asing di New York.
“Saya tidak kehilangan apa-apa,” kata Honica Brittman, duduk dalam balutan gaun biru dan putih rumah sakit sebelum operasi. Ia mendonorkan ginjalnya secara gratis dalam sebuah rantai lima transplantasi ginjal yang dilakukan Presbyterian Hospital New York bekerja sama dengan Columbia University Medical Centre.
Brittman memutuskan untuk menjadi bagian dari donor itu setelah mengetahui dia tidak bisa menyumbangkan kepada seorang teman keluarga karena ketidakcocokan. Ia lalu mendatangi rumah sakit itu dan para ahli setuju untuk mencarikan siapa yang membutuhkan. Orang yang bersedia untuk menyumbangkan kepada siapa saja yang membutuhkan selama tipe darah mereka, antigen, dan faktor lain kompatibel.
Bahaya kesehatan untuk donor ginjal diyakini rendah. Risiko kematian dari operasi adalah satu di antara 1.700 kasus, menurut Yayasan Ginjal Nasional AS, dan harapan hidup dikatakan tidak berubah dengan satu ginjal.
Tak dinyana, langkah Brittman mengilhami yang lain untuk melakukan hal yang sama, sehingga terciptalah “rantai” pendonor dan penerima yang sama-sama rela menyumbang ginjal secara gratis demi alasan kemanusiaan. Para ahli mengatakan donor seperti Brittman merupakan kunci untuk membantu lebih dari 90.000 warga AS yang menunggu transplantasi ginjal.
Seperti dalam kasus Brittman itu, donor dapat mengaktifkan rantai pertukaran ginjal yang meningkatkan jumlah orang yang bisa mendapatkan keuntungan dari transplantasi ginjal hidup, yang biasanya berlangsung lebih lama dari ginjal orang yang meninggal.
Rangkaian operasi selama dua hari, melibatkan 10 tim bedah terpisah. Rantai operasi dimulai dengan Brittman, yang menyumbangkan ginjal untuk seorang produser TV berusia 39 tahun yang tunangannya juga menyumbangkan ginjalnya kepada seorang pengusaha dari bagian utara New York.
Pada gilirannya, putra sang pengusaha, seorang mahasiswa merelakan ginjalnya. Atas nama ayahnya ia menyumbangkankan ginjalnya untuk seorang pasien asal Haiti. Ayah pasien asal Haiti ini kemudian menyumbangkan ginjalnya pada seorang pensiunan guru dari New Jersey.
Operasi berlangsung di rumah sakit yang sama di mana dokter hanya berjalan dari satu kamar ke kamar lain untuk memberikan organ bagi penerimanya.
“Semua ini berasal dari fakta bahwa wanita muda ini ingin menyumbangkan ginjal murni untuk amal tanpa mengetahui siapa penerimanya,” kata Lloyd Ratner, seorang ahli bedah dan direktur transplantasi ginjal dan pankreas di rumah sakit itu.
Sebagian besar kelompok itu mengatakan mereka berencana untuk bertemu donor mereka setelah pulih dari operasi. “Saya tidak sabar untuk bertemu mereka,” kata Brittman, setelah mendengar kabar ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar