Kawan-kawan Abu Nawas merencanakan akan
mengadakan perjalanan wisata ke hutan. Tetapi tanpa keikutsertaan Abu Nawas
perjalanan akan terasa memenatkan dan membosankan. Sehingga mereka
beramai-ramai pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengajaknya ikut serta.
Tetapi salah seorang dari mereka
tiba-tiba berkata, “Aku mempunyai dua orang sahabat yang tinggal dekat
semak-semak sebelah sana. Mereka adalah saudara kembar. Tak ada seorang pun
yang bisa membedakan keduanya karena rupa mereka begitu mirip. Yang satu selalu
berkata jujur sedangkan yang lainnya selalu berkata bohong. Dan mereka adalah
orang-orang aneh karena mereka hanya mau menjawab satu pertanyaan saja.”
“Apakah engkau mengenali salah satu dari mereka yang selalu berkata benar?” tanya Abu Nawas.
“Tidak.” jawab kawan Abu Nawas singkat.
“Baiklah kalau begitu kita beristirahat sejenak.” usul Abu Nawas. Abu Nawas makan daging dengan madu bersama kawan-kawannya. Seusai makan mereka berangkat menuju ke rumah yang dihuni dua orang kembar bersaudara. Setelah pintu dibuka, maka keluarlah salah seorang dari dua orang kembar bersaudara itu. “Maaf, aku sangat sibuk hari ini. Engkau hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja. Tidak boleh lebih.” katanya.
“Apakah engkau mengenali salah satu dari mereka yang selalu berkata benar?” tanya Abu Nawas.
“Tidak.” jawab kawan Abu Nawas singkat.
“Baiklah kalau begitu kita beristirahat sejenak.” usul Abu Nawas. Abu Nawas makan daging dengan madu bersama kawan-kawannya. Seusai makan mereka berangkat menuju ke rumah yang dihuni dua orang kembar bersaudara. Setelah pintu dibuka, maka keluarlah salah seorang dari dua orang kembar bersaudara itu. “Maaf, aku sangat sibuk hari ini. Engkau hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja. Tidak boleh lebih.” katanya.
Kemudian Abu Nawas menghampiri orang itu
dan berbisik. Orang itu pun juga menjawab dengan cara berbisik pula kepada Abu
Nawas. Abu Nawas mengucapkan terima kasih dan segera mohon diri.
“Hutan yang kita tuju melewati jalan
sebelah kanan.” kata Abu Nawas mantap kepada kawankawannya.
“Bagaimana kau bisa memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan? Sedangkan kita tidak tahu apakah orang yang kita tanya itu orang yang selalu berkata benar atau yang selalu berkata bohong?” tanya salah seorang dari mereka.
“Karena orang yang kutanya menunjukkan jalan yang sebelah kiri,” kata Abu Nawas. Karena masih belum mengerti juga, maka Abu Nawas menjelaskan.
“Tadi aku bertanya: Apa yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan yang mana yang menuju hutan yang indah?”
“Bagaimana kau bisa memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan? Sedangkan kita tidak tahu apakah orang yang kita tanya itu orang yang selalu berkata benar atau yang selalu berkata bohong?” tanya salah seorang dari mereka.
“Karena orang yang kutanya menunjukkan jalan yang sebelah kiri,” kata Abu Nawas. Karena masih belum mengerti juga, maka Abu Nawas menjelaskan.
“Tadi aku bertanya: Apa yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan yang mana yang menuju hutan yang indah?”
Bila jalan yang benar itu sebelah kanan dan bila orang
itu kebetulan yang selalu berkata benar maka ia akan menjawab: Jalan sebelah
kiri, karena ia tahu saudara Kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab
saudara kembarnya selalu berbohong. Bila orang itu kebetulan yang selalu
berkata bohong, maka ia akan menjawab: jalan sebelah kiri, karena Ia tahu
saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kanan sebab saudara kembarnya
selalu berkata benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar