Add caption |
Dikisahkan suatu hari… Nasrudin Sang Sufi yang sangat terkenal itu… di beri hadiah oleh Timur Lenk seekor “keledai”… Nasrudin menerima pemberian tersebut dengan senang hati… tetapi ketika Nasrudin hendak membawa “keledai” tersebut pulang… Timur Lenk berkata kepada Nasrudin… : "Hai Nasrudin… ajari keledai itu membaca…! dua minggu lagi… datanglah kembali ke mari… dan saya ingin “keledai” itu telah mampu membaca…!!!"
Setelah itu Nasrudin pun berlalu meninggalkan istana Timur Lenk…
Sua minggu kemudian sesuai waktu yang telah ditentukan oleh Timur Lenk… Nasrudin kembali ke istana sambil membawa “keledai” tersebut…
“Nasrudin… mana “keledai”nya…?” tanya Timur Lenk…
“Ada Tuanku… “keledai” tersebut ada di depan istana Tuan…” jawab Nasrudin…
“Coba kau bawa kemari “keledai” tersebut… aku ingin tahu apakah kau telah berhasil mengajarinya membaca…”
Nasrudinpun keluar mengambil “keledai” tersebut… Tak berapa lama Nasrudin masuk kembali sambil membawa “keledai”… “Tuanku… ini “keledai” yang Tuanku hadiahkan kepada ku…” kata Nasrudin…
Tanpa banyak bicara… Timur Lenk mengambil sebuah buku besar… dan menyerahkan buku besar tersebut kepada Nasrudin…
“sekarang coba kau tunjukkan kepadaku… apakah kau telah mampu mengajari “keledai” tersebut membaca…?” ujar Timur Lenk…
Nasrudinpun menggiring “keledai” itu menuju ke buku besar tersebut… kemudian Nasrudin membuka sampul buku tersebut… Si “keledai”pun menatap buku besar itu… dan tak lama kemudian “keledai” tersebut mulai membolak balik halaman buku tersebut dengan lidahnya… terus menerus hal itu dilakukan oleh “keledai” tersebut… dibolak-baliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir…
setelah selesai membolak-balik halaman buku milik Timur Lenk… si keledai menatap Nasrudin… "Demikianlah Tuanku…" kata Nasrudin… "”keledai”ku sudah selesai membaca buku besar milik Tuan…" lanjut Nasrudin…
karena tak puas dengan kata-kata Nasrudin… Timur Lenk pun mulai menginterogasi Nasrudin… : "Bagaimana caramu mengajari dia membaca…?" tanya Timur Lenk…
Nasrudin pun berkisah… "Sesampainya di rumah… aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku milik Tuanku… dan aku sisipkan biji-biji gandum di antara halamannya… untuk bisa memakan biji-biji gandum itu… “keledai” itu harus belajar membalik-balik halaman… sampai akhirnya ia benar-benar terlatih dan terbiasa untuk membolak-balik halaman buku itu dengan benar…"
"Tapi…!!!" tukas Timur Lenk tidak puas… "Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya…?"
sambil tersenyum… Nasrudin pun menjawab… : "Memang demikianlah cara “keledai” membacanya Tuanku… dia hanya bisa membolak-balik halaman tanpa mengerti / memahami isinya…”
“sama saja dengan kita Tuanku… kalau kita hanya membuka-buka buku tanpa mengerti / memahami isinya…
Tidak salahkan bila kita disebut setolol keledai bahkan lebih tolol dari keledai…? bukan kah begitu Tuanku…?" Timur Lenk pun terdiam mendengar penjelasan Nasrudin…
Sahabat Fillah… sebuah kisah jenaka tetapi sekaligus berisi “sindiran yang santun…”… kini marilah sama-sama (terutama utk diri saya) qt renungkan kembali “diri ini”… apakah “diri ini” termasuk yang “hanya pandai membaca yang tersurat”… dari setiap peristiwa yang qt alami dalam hidup ini…? ataukah…
“diri ini” sudah mulai “belajar untuk mampu membaca dan memahami apa yang tersirat”.. dari setiap peristiwa yang qt alami dalam hidup ini…?
Mudah-mudahan bermanfaat… Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…
salam santun fillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar