Add caption |
Georgia, AS, Seorang suami berniat mencukur plontos kepalanya demi solidaritas terhadap istrinya yang terkena kanker payudara. Siapa sangka ternyata ia kemudian menemukan ada kanker kulit di batok kepalanya. Sepasang suami istri ini pun menjalani pengobatan bareng.
Sepasang suami istri bernama Bud dan Dolly Stringer itu tinggal di
Moultrie, Georgia, AS. Keduanya kini sudah sembuh dari kankernya. Si
istri mengenakan bandana di kepalanya yang sudah dicukur. Sang suami
mengenakan koyo di kulit kepala dan ada bekas luka yang besar di
lehernya.
Awalnya sang istri, Dolly Stringer (47 tahun) didiagnosa mengidap kanker payudara pada bulan April 2012 lalu. Dolly yang berprofesi sebagai seorang terapis di Turning Hospital Point ini telah menjalani 4 kali operasi. Ia juga mendapat kemoterapi dan terapi radiasi selama beberapa minggu.
Pada bulan Agustus 2012, Bud Stringer (48 tahun) ingin mengejutkan keluarganya dengan cara mencukur habis rambut kepalanya. Tujuannya untuk memberi dukungan kepada sang istri yang kepalanya sudah dicukur sebelum mulai kemoterapi. Namun setelah plontos, Bud menemukan ada bercak mirip tanda lahir di kulit kepalanya.
Bud pun menelepon ibunya untuk menanyakan apakah ia sejak lahir memang memiliki tanda tersebut, namun ternyata hasilnya nihil. Maka ia pun memeriksakan diri ke dokter dan ternyata didiagnosis mengidap melanoma atau kanker kulit. Menyusul sang istri, Bud dijadwalkan memulai kemoterapi dalam waktu 2 minggu.
“Kau tidak pernah berpikir hal itu akan terjadi pada dirimu. Kau akan berpikir hal semacam ini terjadi pada orang lain. Selama kami berdua berani bertaruh, kami tidak akan memberikan kesempatan pada penyakit ini. Dia (Dolly) telah memutuskan bahwa dia akan mengambil alih kendali atas kanker dan tidak akan membiarkannya menguasai dirinya,” kata Bud seeprti dilansir The Moultrie Observer, Senin (22/102/012).
Bud lantas dirujuk ke Moffitt Cancer Center di Tampa untuk menjalani operasi pengangkatan melanoma dan cangkok kulit. Ia kemudian menjalani operasi kedua untuk mengangkat kelenjar getah bening di lehernya. Dokter mengatakan bahwa jika melanoma atau kanker kulitnya tidak segera ditemukan, Bud tak akan dapat bertahan hidup sampai Natal.
Dolly juga dirujuk ke tempat yang sama setelah menemukan benjolan di payudaranya. Sekarang di sedang dalam masa istirahat selama 3 minggu sebagai jeda antara kemoterapi dan radiasi. Menurut suami istri ini, yang paling sulit justru bagaimana cara memberitahukan penyakitnya ini kepada kedua anaknya, Albert yang masih berusia 12 tahun dan Slater yang berusia 10 tahun.
“Anak-anak sudah pintar. Mereka tahu ketika ada sesuatu yang terjadi. Kami mengatakan kepada mereka bahwa kami harus melalui proses pengobatan dan kami akan baik-baik saja,” kenang Bud.
Si sulung, Albert, mengatakan tidak ingin hadiah Natal untuk tahun ini, melainkan ingin keluarganya membantu keluarga lain yang membutuhkan. Selama menjalani pengobatan, keluarga Stringer memang banyak dibantu oleh keluarga lain seperti dikirimi makanan, disiangi rumput halamannya, bahkan diantarkan makanan untuk anjingnya.
Bantuan ini diperoleh dari tetangga dan komuitas First Presbyterian Church. Bahkan Dolly mendapat tawaran bantuan transportasi dari tempat tinggalnya ke rumah sakit dari orang yang tidak ia kenal.
“Kami punya banyak hal yang patut disyukuri. Kanker tidak selamanya buruk. Penyakit ini menyederhanakan kehidupan kami,” kata Dolly.
Awalnya sang istri, Dolly Stringer (47 tahun) didiagnosa mengidap kanker payudara pada bulan April 2012 lalu. Dolly yang berprofesi sebagai seorang terapis di Turning Hospital Point ini telah menjalani 4 kali operasi. Ia juga mendapat kemoterapi dan terapi radiasi selama beberapa minggu.
Pada bulan Agustus 2012, Bud Stringer (48 tahun) ingin mengejutkan keluarganya dengan cara mencukur habis rambut kepalanya. Tujuannya untuk memberi dukungan kepada sang istri yang kepalanya sudah dicukur sebelum mulai kemoterapi. Namun setelah plontos, Bud menemukan ada bercak mirip tanda lahir di kulit kepalanya.
Bud pun menelepon ibunya untuk menanyakan apakah ia sejak lahir memang memiliki tanda tersebut, namun ternyata hasilnya nihil. Maka ia pun memeriksakan diri ke dokter dan ternyata didiagnosis mengidap melanoma atau kanker kulit. Menyusul sang istri, Bud dijadwalkan memulai kemoterapi dalam waktu 2 minggu.
“Kau tidak pernah berpikir hal itu akan terjadi pada dirimu. Kau akan berpikir hal semacam ini terjadi pada orang lain. Selama kami berdua berani bertaruh, kami tidak akan memberikan kesempatan pada penyakit ini. Dia (Dolly) telah memutuskan bahwa dia akan mengambil alih kendali atas kanker dan tidak akan membiarkannya menguasai dirinya,” kata Bud seeprti dilansir The Moultrie Observer, Senin (22/102/012).
Bud lantas dirujuk ke Moffitt Cancer Center di Tampa untuk menjalani operasi pengangkatan melanoma dan cangkok kulit. Ia kemudian menjalani operasi kedua untuk mengangkat kelenjar getah bening di lehernya. Dokter mengatakan bahwa jika melanoma atau kanker kulitnya tidak segera ditemukan, Bud tak akan dapat bertahan hidup sampai Natal.
Dolly juga dirujuk ke tempat yang sama setelah menemukan benjolan di payudaranya. Sekarang di sedang dalam masa istirahat selama 3 minggu sebagai jeda antara kemoterapi dan radiasi. Menurut suami istri ini, yang paling sulit justru bagaimana cara memberitahukan penyakitnya ini kepada kedua anaknya, Albert yang masih berusia 12 tahun dan Slater yang berusia 10 tahun.
“Anak-anak sudah pintar. Mereka tahu ketika ada sesuatu yang terjadi. Kami mengatakan kepada mereka bahwa kami harus melalui proses pengobatan dan kami akan baik-baik saja,” kenang Bud.
Si sulung, Albert, mengatakan tidak ingin hadiah Natal untuk tahun ini, melainkan ingin keluarganya membantu keluarga lain yang membutuhkan. Selama menjalani pengobatan, keluarga Stringer memang banyak dibantu oleh keluarga lain seperti dikirimi makanan, disiangi rumput halamannya, bahkan diantarkan makanan untuk anjingnya.
Bantuan ini diperoleh dari tetangga dan komuitas First Presbyterian Church. Bahkan Dolly mendapat tawaran bantuan transportasi dari tempat tinggalnya ke rumah sakit dari orang yang tidak ia kenal.
“Kami punya banyak hal yang patut disyukuri. Kanker tidak selamanya buruk. Penyakit ini menyederhanakan kehidupan kami,” kata Dolly.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar