Jumat, 06 Juli 2012

Jelang Ramadhan, Orang Kaya Arab Malah ke London


Betul, produsen mobil mewah itu tak menyia-nyiakan kesempatan: menawarkan uji berkendara bagi kaum tajir Timur Tengah. Menjelang Ramadhan, adalah kebiasaan mereka berpesiar di Eropa, khususnya Inggris. Para jutawan dan miliarder berduyun-duyun ke London dari seluruh penjuru Timur Tengah.

foto
Add caption
TEMPO.CO , London – Di luar hotel bintang lima London, Dorchester Hotel, mobil mewah Bugatti Veyron berjejer. Mobil super berkecepatan 253 mph yang dikenal sebagai L”Atau Blanc atau White Gold, bukan milik selebriti atau pengusaha papan atas negeri ini. Begitu mobil yang eksterior terbuat dari porselen itu berhenti, yang keluar adalah dua wanita dengan balutan abaya hitam, dengan wajah khas Timur Tengah.
Mereka datang untuk melarikan diri dari musim panas untuk bersantai, berpesta, dan, terutama, untuk memamerkan kekayaan mereka. Mereka biasanya bergerombol datang ke toko-toko kelas atas, restoran, klub malam, dan hotel.
Menurut situs Daily Mail, lokasi favorit adalah toko milik desainer kondang, toko perhiasan, kasino seperti Ambassedeurs Les, restoran mewah seperti Le Caprice, dan hotel seperti Sheraton Park Tower. Karena sudah langganan tiap menjelang Ramadhan, tempat-tempat ini biasanya menyediakan staf berbahasa Arab khusus untuk melayani mereka.
Tanpa perlu mengonfirmasi, angka-angka berbicara sendiri: beberapa hotel bintang lima yang melaporkan 80 persen hunian terisi oleh tamu Timur Tengah.Belanja pra-Ramadhan diakui meningkatkan keuntungan high-end departement store seperti Selfridges dan Harrods.
Sebagai perbandingan, jika warga Inggris rata-rata berbelanja sebesar 120 pound sterling sekali jalan, dan warga Amerika serikat 550 pound sterling, maka pebelanja Timur Tengah rata-rata menghabiskan 1.900 pound streling sehari. Sbulan menjelang Ramadhan, jumlah yang dibelanjakan oleh pengunjung Timur Tengah akan menjadi dua kali lipat di bulan lainnya.
Tahun ini jumlah turis Timur Tengah meningkat jumlahnya dari tahun sebelumnya. Menurut catatan imigrasi, jumlah mereka naik 22 persen. Dengan adanya larangan burka di Prancis, turis Timur Tengah enggan berkunjung ke surga mode itu. Gantinya, mereka membanjiri Inggris.
Akibatnya, sementara Inggris ada di ambang resesi dan penghematan diberlakukan di seluruh negeri, turis Timur Tengah berfoya-foya di sini. “Ramadhan rush adalah fenomena menarik,” kata Jace Tyrrell, manajer perusahaan untuk pengecer di Oxford Street, Bond Street dan Regent Street. “Jumlah mereka terus bertumbuh tiap tahun.”
Ia mengaku mendulang pound dari kedatangan mereka. Para turis Timur Tengah, kata mereka, bukan pemburu diskon. Berapapun harga dipajang, asal cocok, mereka akan beli. Menjelang Ramadhan adalah musim panen bagi mereka. Maka jangan kaget jika minggu-minggu ini akan banyak membaca iklan lowongan pekerjaan di koran lokal yang berbunyi: “Dicari staf yang mahir berbahasa Arab.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar