Jumat, 03 Agustus 2012

Dunia Ini Adalah Penjara

Foto: Dunia Ini Adalah PenjaraKetika mengunjungi penjara, baik pada saat berdzikir bersama para ustadz dari Majelis Azzikra, kita akan  menemukan begitu banyak kemunafikan, ketidakadilan dan pemerasan di sana. Pernah suatu ketika saya berbicara dengan seorang napi yang dijatuhi hukuman penjara 15 tahun karena dituduh korupsi. Kami begitu cepat akrab, mungkin dia pikir saya seorang ustadz yang dapat memberikan pencerahan kepadanya. Awal pembicaraan, penuh dengan gerutuan ketidakadilan yang ia alami, mengapa cuma dirinya yang dihukum, mengapa atasannya tidak dihukum, bahkan sebagai saksipun tidak. Dia merasa dirinya adalah tumbal, kambing hitam sebuah kekuasaan.Setelah ia mengetahui bahwa profesi saya adalah seorang Advokat, ia pun berkata, “Bang, saya ingin memberitahu bahwa saya tidak melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan kepada saya. Saya tidak bersalah. Tapi saya juga sadar, pasti abang sudah bosan mendengar kata-kata ini, karena setiap penjahat selalu berkata hal yang sama. Tapi kali ini, saya minta abang percaya sama saya, saya tidak berbohong.”Naluri saya berkata orang ini tidak bersalah. Otak pengacara saya mulai berputar untuk mencari keadilan bagi orang ini. Namun tiba-tiba ia menyela pikiran saya sebelum jauh menerawang. Dengan tersenyum ia berkata “Tapi bang, ada banyak kejahatan lain yang saya perbuat, tapi saya tak tertangkap. Jadi saya kira apa yang terjadi sekarang ini memang adil.”Saya tertawa, dia juga tergelak, seluruh badannya yang gemuk ikut bergoyang mengikuti irama tawanya. Tapi di balik itu semua, napi ini telah memberikan sebuah pelajaran berharga bagi diri saya. Coba bayangkan, betapa seringnya kita melakukan “kejahatan,” yang begitu melukai, tapi kita tak dibuat menderita olehnya? Jika itu terjadi, pernahkah kita berkata, “Ini tidak adil! Mengapa aku tidak ditangkap?” Tapi jika kita dibuat menderita oleh suatu alasan yang tak jelas, belum-belum kita sudah mengaduh dan mengerang, “Ini tidak adil! Di manakah keadilan, mengapa harus aku?”Penjara adalah sebuah tempat di mana kehidupan mengalir seperti halnya di luar penjara. Yang membedakannya adalah tembok besar yang mengelilingi bangunan penjara itu. Tapi semua pihak yang ada di sana, baik yang bersalah maupun petugas, sama-sama merasakan kungkungan tembok itu. Bedanya, kalau petugas dapat pulang ke rumah masing-masing setelah tugas berakhir, sedangkan para napi menghabiskan hari-harinya di balik jeruji besi. Penjara juga ternyata, memiliki pakaian, minuman dan makanan sendiri, ia juga mempunyai “hukum,” waktu, dan ketentuan tersendiri.Dalam berbagai kunjungan lainnya, saya selalu katakan kepada mereka yang sedang berada di dalam penjara bahwa mereka bukanlah penjahat, melainkan seseorang yang telah melakukan suatu tindakan kejahatan. Saya katakan, jika Anda mengatakan diri Anda penjahat maka Anda akan merasa diperlakukan sebagai penjahat. Dan bahayanya, jika Anda percaya bahwa diri Anda penjahat, maka bersiap-siaplah, karena kelak Anda akan menjadi penjahat betulan.Jadi tergantung dari sudut mana Anda melihat dan menempatkan diri tatkala Anda berada dalam penjara. Penjara bukanlah satu-satunya bangunan yang secara serta-merta menyatakan bahwa diri Anda busuk, karena ternyata ada begitu banyak manusia yang tak bersalah, atau orang-orang yang berbeda pendapat dengan kekuasaan dijebloskan dalam penjara. Dan di sisi lain, begitu banyak pula manusia yang telah mencederai rasa keadilan rakyat, yang tak pernah mencium pengapnya kamar penjara. Penjara adalah juga sebuah sekolah kehidupan, dan mereka yang berada di dalam sana sejatinya adalah orang-orang pilihan. Mereka terpilih untuk menjalankan sebuah seleksi alam; apakah kelak akan menjadi “penjahat dalam arti sesungguhnya” atau menjadi orang yang sadar akan “makna kejahatan.” Jika ia sadar akan arti sebuah kejahatan, maka ia tak pernah lagi balik ke dalam penjara. Dan, yang lebih penting, dia tidak akan mencederai atau melukai perasaan maupun fisik orang lain. Tapi jika ia merasa dirinya adalah seorang penjahat, maka penjara menjadi sebuah rumah penuh pesona, ia memiliki daya tarik yang akan memanggil kembali mereka di luar sana untuk saling melepas rindu. Ia akan sulit keluar dari lingkaran kejahatan karena stigma yang telah ia berikan kepada dirinya sendiri.Penjara bagi orang-orang tertentu malah membuat dirinya makin mengenal Allah. Banyak orang yang mendapat hidayah saat berada di dalam penjara. Bahkan banyak karya besar para ulama yang lahir selama ia berada di penjara. HAMKA dan Sayyid Quthb misalnya, adalah contoh ulama yang melahirkan maha karyanya di dalam penjara. Lalu Tan Malaka yang terus bergerilya dari penjara ke penjara dalam rangka memerdekakan bangsa ini. Kita ketahui juga, Pramoedya Ananta Toer makin produktif selama di penjara. Nelson Mandela bahkan menjadi Presiden Afrika Selatan sekeluarnya dari penjara selama puluhan tahun.Bagi orang yang beriman, dunia ini adalah penjara. Rasulullah saw bersabda, "Dunia ini adalah penjara bagi orang Mukmin dan surga bagi orang kafir." Untuk itu, siapkah Anda menjalani kehidupan "penjara" selama berada di dunia? Karenanya, pandanglah muka Anda di cermin setiap pagi, sadarkan wajah yang ada di dalam cermin itu bahwa, "Kita sesungguhnya sedang hidup di dalam penjara!"Syukron telah berlanggaananSILAHKAN DI SUKAI /  DI BAGIKAN  KE BERANDA / DI TANDAI  DI SALAH SATU FOTO DI ALBUM  JIKA YANG DI TANDAI DAPAT TERMOTIVASI TUK BAIK,. INSYAALAH AKAN DI CATATKAN SEBAGAI SUATU AMAL BAIK, AAMIIN,.(¯`'•.¸(¯`'•.¸*♥♥♥♥*¸.•'´¯)¸.•' ´¯)♥(¯`'•.¸(¯`'•.¸*♥♥*¸.•'´¯ )¸.•' ´¯)♥♥♥(¯`'•.¸(¯`'•.¸**¸.•'´¯) ¸.•'´ ¯)♥♥.•*´¨`*••• by-boy’s•••♥*´¨`*•.(_¸.•'´(_¸.•'´*♥♥♥♥*`'•.¸_)`'• .¸_)♥(_¸.•'´(_¸.•'´*♥♥*`'•.¸_ )`'•. ¸_)♥♥♥(_¸.•'´(_¸.•'´**`'•.¸_) `'•.¸ _)♥♥´´´¶¶¶¶¶¶´´´´´´¶¶¶¶¶¶´´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´¶¶¶¶´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´¶¶¶¶´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´¶¶¶¶¶ ´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶ ´¶¶¶¶¶´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´´´´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´´´´´´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´´´´´´´´´´´¶¶¶¶´´´´´´´´´´´´´´´¶¶(´'`v´'`)`•.¸.•´♥ Semoga Bermanfaat ...Aamiin Ya Robbal'alamiin ♥♥*~♥.•*`¨´*•.*♥*.•*`¨´*♥*(¨*•.¸´•.¸ ﷲ*♥*.•*`¨´*•.♥~*♥´•.¸) ♥.````•.¸) SALAM UHIBBUKUM FLILAH♥.````.•*´¨`*•.(`'•.¸(`'•.,* ♥ ¤ ♥ *¸.•'´)¸.•'´).•*´¨`*•.
Add caption
Ketika mengunjungi penjara, baik pada saat berdzikir bersama para ustadz dari Majelis Azzikra, kita akan menemukan begitu banyak kemunafikan, ketidakadilan dan pemerasan di sana. Pernah suatu ketika saya berbicara
dengan seorang napi yang dijatuhi hukuman penjara 15 tahun karena dituduh korupsi. Kami begitu cepat akrab, mungkin dia pikir saya seorang ustadz yang dapat memberikan pencerahan kepadanya. Awal pembicaraan, penuh dengan gerutuan ketidakadilan yang ia alami, mengapa cuma dirinya yang dihukum, mengapa atasannya tidak dihukum, bahkan sebagai saksipun tidak. Dia merasa dirinya adalah tumbal, kambing hitam sebuah kekuasaan.

Setelah ia mengetahui bahwa profesi saya adalah seorang Advokat, ia pun berkata, “Bang, saya ingin memberitahu bahwa saya tidak melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan kepada saya. Saya tidak bersalah. Tapi saya juga sadar, pasti abang sudah bosan mendengar kata-kata ini, karena setiap penjahat selalu berkata hal yang sama. Tapi kali ini, saya minta abang percaya sama saya, saya tidak berbohong.”
Naluri saya berkata orang ini tidak bersalah. Otak pengacara saya mulai berputar untuk mencari keadilan bagi orang ini. Namun tiba-tiba ia menyela pikiran saya sebelum jauh menerawang. Dengan tersenyum ia berkata “Tapi bang, ada banyak kejahatan lain yang saya perbuat, tapi saya tak tertangkap. Jadi saya kira apa yang terjadi sekarang ini memang adil.”

Saya tertawa, dia juga tergelak, seluruh badannya yang gemuk ikut bergoyang mengikuti irama tawanya. Tapi di balik itu semua, napi ini telah memberikan sebuah pelajaran berharga bagi diri saya. Coba bayangkan, betapa seringnya kita melakukan “kejahatan,” yang begitu melukai, tapi kita tak dibuat menderita olehnya? Jika itu terjadi, pernahkah kita berkata, “Ini tidak adil! Mengapa aku tidak ditangkap?” Tapi jika kita dibuat menderita oleh suatu alasan yang tak jelas, belum-belum kita sudah mengaduh dan mengerang, “Ini tidak adil! Di manakah keadilan, mengapa harus aku?”

Penjara adalah sebuah tempat di mana kehidupan mengalir seperti halnya di luar penjara. Yang membedakannya adalah tembok besar yang mengelilingi bangunan penjara itu. Tapi semua pihak yang ada di sana, baik yang bersalah maupun petugas, sama-sama merasakan kungkungan tembok itu. Bedanya, kalau petugas dapat pulang ke rumah masing-masing setelah tugas berakhir, sedangkan para napi menghabiskan hari-harinya di balik jeruji besi. Penjara juga ternyata, memiliki pakaian, minuman dan makanan sendiri, ia juga mempunyai “hukum,” waktu, dan ketentuan tersendiri.

Dalam berbagai kunjungan lainnya, saya selalu katakan kepada mereka yang sedang berada di dalam penjara bahwa mereka bukanlah penjahat, melainkan seseorang yang telah melakukan suatu tindakan kejahatan. Saya katakan, jika Anda mengatakan diri Anda penjahat maka Anda akan merasa diperlakukan sebagai penjahat. Dan bahayanya, jika Anda percaya bahwa diri Anda penjahat, maka bersiap-siaplah, karena kelak Anda akan menjadi penjahat betulan.

Jadi tergantung dari sudut mana Anda melihat dan menempatkan diri tatkala Anda berada dalam penjara. Penjara bukanlah satu-satunya bangunan yang secara serta-merta menyatakan bahwa diri Anda busuk, karena ternyata ada begitu banyak manusia yang tak bersalah, atau orang-orang yang berbeda pendapat dengan kekuasaan dijebloskan dalam penjara. Dan di sisi lain, begitu banyak pula manusia yang telah mencederai rasa keadilan rakyat, yang tak pernah mencium pengapnya kamar penjara.

Penjara adalah juga sebuah sekolah kehidupan, dan mereka yang berada di dalam sana sejatinya adalah orang-orang pilihan. Mereka terpilih untuk menjalankan sebuah seleksi alam; apakah kelak akan menjadi “penjahat dalam arti sesungguhnya” atau menjadi orang yang sadar akan “makna kejahatan.” Jika ia sadar akan arti sebuah kejahatan, maka ia tak pernah lagi balik ke dalam penjara. Dan, yang lebih penting, dia tidak akan mencederai atau melukai perasaan maupun fisik orang lain. Tapi jika ia merasa dirinya adalah seorang penjahat, maka penjara menjadi sebuah rumah penuh pesona, ia memiliki daya tarik yang akan memanggil kembali mereka di luar sana untuk saling melepas rindu. Ia akan sulit keluar dari lingkaran kejahatan karena stigma yang telah ia berikan kepada dirinya sendiri.

Penjara bagi orang-orang tertentu malah membuat dirinya makin mengenal Allah. Banyak orang yang mendapat hidayah saat berada di dalam penjara. Bahkan banyak karya besar para ulama yang lahir selama ia berada di penjara. HAMKA dan Sayyid Quthb misalnya, adalah contoh ulama yang melahirkan maha karyanya di dalam penjara. Lalu Tan Malaka yang terus bergerilya dari penjara ke penjara dalam rangka memerdekakan bangsa ini. Kita ketahui juga, Pramoedya Ananta Toer makin produktif selama di penjara. Nelson Mandela bahkan menjadi Presiden Afrika Selatan sekeluarnya dari penjara selama puluhan tahun.

Bagi orang yang beriman, dunia ini adalah penjara. Rasulullah saw bersabda, "Dunia ini adalah penjara bagi orang Mukmin dan surga bagi orang kafir." Untuk itu, siapkah Anda menjalani kehidupan "penjara" selama berada di dunia? Karenanya, pandanglah muka Anda di cermin setiap pagi, sadarkan wajah yang ada di dalam cermin itu bahwa, "Kita sesungguhnya sedang hidup di dalam penjara!"

SILAHKAN DI SUKAI / DI BAGIKAN KE BERANDA / DI TANDAI DI SALAH SATU FOTO DI ALBUM JIKA YANG DI TANDAI DAPAT TERMOTIVASI TUK BAIK,. INSYAALAH AKAN DI CATATKAN SEBAGAI SUATU AMAL BAIK, AAMIIN,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar