Sabtu, 28 Juli 2012

Jenazah Seorang Ulama Tetap Utuh Setelah 26 Tahun Terkubur

Foto: JENAZAH SEORANG ULAMA TETAP UTUH SETELAH 26 TAHUN TERKUBURالسلام عليكم ورحمةالله وبركاتهبِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِارَّحْمَنِ ارَّحِيمPada Minggu, 02 Agustus 2009, Jalan Garuda Pintu Air Rt.03/02 Jurumudi Baru, Kec. Benda, Tangerang, telah dikejutkan oleh sebuah berita penemuan sesosok jenazah yang masih utuh. Mereka terkejut karena kejadian ini tidak masuk akal. Bagaimana tidak? Jenazah yang sudah dikubur puluhan tahun, tapi kondisinya masih utuh, termasuk kain mori yang membungkus tubuhnya dengan rapat.Kejadian tersebut benar adanya, bukan rekayasa manusia yang sengaja mencari sensasi. Ini murni merupakan bentuk dari salah satu kekuasaan Allah yang telah dipertunjukkan kepada manusia bahwa jenazah pun masih bisa utuh, tidak lapuk dimakan rayap atau binatang tanah lainnya, jika selama hidupnya dia seorang yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt.Keajaiban Tuhan kerapkali terjadi di sekitar kita. Ditemukannya sesosok jenazah utuh di Jurumudi Baru, Benda, Tangerang, merupakan salah satunya.Pertanyaannya: Siapakah sosok jenazah yang mendapatkan kemuliaan dari Allah tersebut? Bagaimana perilaku sewaktu hidupnya, hingga Allah begitu menjaga jenazahnya selama bertahun-tahun?Sosok jenazah utuh itu bernama KH. Abdullah bin KH. Mu’min. Semasa hidupnya beliau pernah menjabat sebagai mantan Wakil Ketua Pengadilan Agama Tangerang. Dia seorang pejabat, tapi hidupnya sangat sederhana. Jauh dari korupsi. Padahal, kesempatan itu terbuka lebar di depan mata. Ke mana-mana ia selalu pakai sepeda onthel. Satu hal yang sebenarnya berbalik seratus derajat dengan jabatannya kala itu.“Saat kecil, saya suka dianter Bapak pakai sepeda ke sekolah. Bapak pernah disuruh naik motor, tapi ia tidak mau,” ujar Ahmad Pathi, putra keenam almarhum.Bahkan, ke kantor pun yang jaraknya lumayan jauh, almarhum suka pakai sepeda. Paling banter, ia dijemput naik motor atau mobil orang lain. Begitulah kesederhanaan almarhum, yang kemudian diajarkan pada anak dan santri-santrinya.Lebih dari itu, beliau adalah seorang mu’allim (orang berilmu), kyai, dai, ustadz, dan guru besar. Warga Jurumudi Baru menyebutnya “Buya”. Sebuah gelar yang tidak mudah didapatkan, tentunya. Sebuah gelar kemuliaan atas kedalaman ilmunya dan keluarbiasaan etikanya. Ya, beliau terkenal sangat wara’ (rendah hati).Alharmum merupakan didikan Darul ‘Ulum, Mekkah al-Mukarramah. Ketika perang dunia kedua berkecamuk, beliau dipanggil pemerintah untuk pulang. Seluruh pelajar Indonesia di luar negeri, diharuskan pulang ke negaranya saat itu. “Mungkin untuk bela negara,” ujar Ahmad Pathi, lelaki berusia 50 tahunan ini. Padahal, saat itu masa belajarnya baru enam tahun di sana (bukan 25 tahun, seperti yang ditulis banyak media) dan ia berniat ingin lebih lama lagi di negeri suci tersebut. Namun, apa daya, kondisi dalam negeri yang sedang berkecamuk perang, memaksanya untuk pulang ke kampung halaman.Sekembalinya dari Mekkah, hidup almarhum banyak diabdikan untuk kepentingan agama. Ia kerapkali mengisi pengajian di kampungnya dan desa tetangga, baik sebagai khatib Jum’at, pemimpin doa dan ceramah agama. Selain itu, ia juga mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Ihsanuddiniyyah di atas tanah wakaf dan mushola Al-Najat, yang letaknya berada di bibir sungai Cisadane.Menurut Ahmad Pathi, tanah wakaf yang di atasnya terdapat MI itu pernah digugat oleh salah seorang ahli warisnya. Ia datang mencak-mencak dan minta tanah itu dikembalikan kepada keluarganya. Padahal, ia masih keluarga jauh. Tapi, apa jawaban almarhum saat itu, “Silakan saja diambil tanahnya. Kalau mau, madrasahnya juga sekalian, nggak apa-apa.”Almarhum, di mata anak-anaknya, memang terkenal sangat sabar. Termasuk dalam menghadapi kasus di atas. Emosinya tidak mudah terpancing. Akhirnya, hingga kini tanah itu pun tidak jadi digugatnya. Ini mungkin berkat kesabaran almarhum.Meski terkenal sabar, almarhum begitu ketat dalam mendidik pelajaran agama pada anak dan muridnya. “Saya pernah disabet dan ditabok karena nggak bisa,” kenang Ahmad Pathi, yang baru kali ini menangis saat diwawancarai, padahal sudah beberapa kali media mewawancarainya.Almarhum memiliki tiga istri. Dari pernikahan pertamanya dengan Rohani (almarhumah), beliau dikaruniai dua anak. Dari istri keduanya, Maswani (almarhumah), dikaruniai lima anak. Terakhir, beliau menikahi Hj. Romlah asal Kramat Pulo dan tidak dikaruniai anak.Almarhum meninggal pada 22 Oktober 1983 karena gagal ginjal. Ia sempat dirawat di RSCM sebelum ajal merenggutnya. Menurut Ahmad Pathi, saat dikuburkan pertama kali, sebenarnya tidak ada yang ganjil pada prosesi penguburannya, misal kuburannya melebar, wangi. Namun, setelah kuburannya dibongkar, keajaiban itu justru muncul. Jenazahnya ditemukan masih utuh setelah 26 tahun terkubur. Ini benar-benar mengejutkan, yang membuat banyak warga berduyun-duyun datang melihatnya.Korban Pembuatan Jalan Baru ...Ditemukannya jenazah utuh KH. Abdullah bin KH. Mu’min berawal dari proyek pembuatan jalan baru yaitu Jalan Garuda, yang menghubungkan daerah Tangerang ke Bandara Soekarno Hatta. Akibat proyek ini banyak rumah dan bangunan lainnya yang harus digusur, salah satunya makam almarhum KH. Abdullah bin KH. Mu’min dan mushola al-Najat, yang letaknya dekat dengan Pesantren Ash-Shiddiqiyah II milik KH. Noer Muhammad Iskandar SQ.“Sejak tahun lalu, kami sebenarnya sudah diminta oleh Pemda Tangerang melalui Lurah Jurumudi agar makam dan mushola segera dibongkar. Tapi, kami tetap kukuh untuk mempertahankannya,” ujar H. Abdul Baqi (62 th), putra ke-2 dari istri pertama almarhum yang bernama Ibu Rohani.Pasalnya, itu adalah makam bersejarah seorang ulama terkenal di kampungnya. Jadi, keluarga pun mempertahankannya. Sikap kukuh keluarga ini ternyata didukung warga setempat. Padahal, hampir seluruh rumah dan bangunan yang sejajar dengan bangunan makam dan mushola tersebut sudah dibongkar habis. “Malahan, di daerah Tangerang sana, jalannya sudah selesai dibuat,” ujar H. Abdul Baqi.Namun, karena desakan pemerintah dan permintaan dari lurah, akhirnya keluarga besar KH. Abdullah luluh juga hatinya. “Itu juga kami minta habis lebaran saja pembongkarannya,” ujar Ahmad Pathi. Namun, waktunya tak bisa diundur lagi. Akhirnya, pada hari Minggu, 02 Agustus 2009, keluarga pun sepakat untuk membongkar makam dan mushola.Pertama kali yang dibongkar adalah makam. Pembongkaran dilakukan pada jam 08.00 WIB. Jadi, keadaan masih pagi, ketika sebagian orang mungkin banyak yang pergi ke kantor untuk bekerja. “Atas upaya pembongkaran ini, kami tidak mengundang banyak orang untuk datang,” ujar H. Abdul Baqi. Namun, ketika pembongkaran itu baru saja dimulai, orang pada berdatangan untuk melihat. Mereka mungkin penasaran karena sosok yang ada di dalamnya adalah seorang kyai yang kharismatik dan juga karena proses pembongkarannya yang berkali-kali molor.Pembongkaran dilakukan orang lain. Keluarga hanya mengontrolnya dari atas. Perlahan-lahan tanah digali dengan dua cangkul. Makin lama galian itu semakin dalam hingga datang satu kejadian dahsyat, yang membuat mata orang terbelalak terkejut. Papan-papan yang terbuat dari kayu kamper yang menutup tubuh jenazah, tampak masih utuh dan tidak patah sedikit pun. Ini benar-benar ajaib. Warnanya saja berubah, agak gelap sedikit. Padahal, logikanya, kayu apapun jika ditanam sangat lama, apalagi sampai 26 tahun, bisa hancur dimakan rayap atau binatang tanah. Tapi, ini tidak terjadi dan ini benar-benar tidak masuk akal.Keterkejutan orang tidak berhenti sampai di situ. Saat papan-papan itu diangkat ke atas, mereka kembali dibuat terkejut karena melihat sesosok jenazah yang masih utuh, persis ketika pertama kali dikuburkan. Hanya saja, kain mori (kain jenazah) sudah tampak kotor dengan lumpur. Bukan itu saja, jenazah juga tampak sangat harum dan rambutnya agak memutih.Kejadian itu pun membuat terpana banyak orang. Bahkan, sebagian orang ada yang menangis, tak terkecuali keluarganya sendiri. Ahmad Pathi segera turun ke bawah dan mengangkat bagian kepala dan pundak bapaknya. “Saat itu hati saya berdesir ingin menangis karena haru,” ujarnya.Jenazah almarhum KH. Abdullah itu lalu dibawa ke mushola yang baru sebagian dibongkar. Setelah dibersihkan lagi dan dishalatkan, jenazah itu pun segera dikuburkan lagi. “Kami tidak ingin jenazah ini menjadi tontonan banyak orang,” ujar Ahmad Pathi. Akhirnya, jam 11.00 WIB hari itu juga, jenazah pun dikuburkan kembali di pemakaman keluarga yang letaknya hanya beberapa meter dari kuburan sebelumnya. Di situ sudah ada makam salah seorang anak dan istrinya.Saat dikubur kembali, kain mori lama yang membungkus tubuh jenazah tidak dibuang. Kain itu tetap melekat dan ditambah lagi dengan kain yang baru seukuran 3 meter. “Jadi, jenazah bapak dibungkus double dengan kain yang lama dan kain yang baru,” ujar Ahmad Pahti. Dan sebagai saksi sejarah, salah satu papan yang ditemukan utuh itu, diambil dan disimpan di rumahnya. Sementara papan-papan yang lain dikuburkan lagi bersama jenazah KH. Abdullah.Berita ditemukannya jenazah utuh KH. Abdullah ini telah membuat geger banyak orang, tidak saja di kawasan Tangerang, tapi juga melintasi batas daerah. Apalagi, setelah beritanya dimunculkan di salah satu televisi swasta. Banyak orang berdatangan dan penasaran untuk melihatnya. Tak terkecuali wartawan media massa atau elektronik, saling berebut untuk mendapatkan beritanya, termasuk Hidayah.Namun, satu kisah tersisa dari kejadian di atas adalah ada sebagian orang yang tidak mempercayainya. Bahkan, ada seorang ahli forensik yang meragukan kebenaran berita tersebut, tanpa melihatnya secara langsung. Polres Tangerang pun sampai datang dua kali ke sana untuk mengkroscek kebenarannya. “Jangan-jangan ini hanya untuk cari sensasi saja seperti kasus-kasus yang lain,” ujar Ahmad Pathi. Namun setelah dicek langsung, akhirnya berita itu nyata adanya.Dalam kacamata agama, terutama kaum sufistik, apa yang terjadi pada jenazah KH. Abdullah bin KH. Mu’min sangat bisa terjadi. Jika Allah sudah berkehendak, maka apapun yang terlihat mustahil bisa menjadi mungkin. Mungkin kita ragu bahwa jenazah yang lama, bahkan puluhan tahun, terkubur masih bisa utuh. Namun, keraguan itu akan sirna jika kita mengetahui bahwa jenazah yang dikubur adalah seorang yang alim, shaleh, baik hati atau hafidz.Satu hal yang harus diketahui bahwa almarhum juga seorang hafidz (penghafal al-Qur’an). Dia menguasai seluruh ayat al-Qur’an yang jumlahnya 30 juz dan 144 surat tersebut. Ini semua didapatkannya karena pengembaraannya ke Darul Ulum, Mekkah Al-Mukarramah, selama enam tahun.Dalam banyak kasus yang dihadapi oleh Hidayah, jenazah seorang hafidz kerapkali masih utuh meski bertahun-tahun dikubur. Apalagi, jika dia juga seorang yang terkenal alim pada masanya. Standar yang kita pakai dalam kasus ini adalah standar agama, bukan ilmu forensik dan sebagainya.Semoga apa yang terjadi pada jenazah KH. Abdullah di atas bisa dijadikan pelajaran kita semua bahwa jika kita ingin menjadi ahli surga, maka haruslah menjadi orang yang baik di mata masyarakat dan di mata Allah. Syukur-syukur kita adalah seorang hafidz al-Qur’an, ustadz, kyai, ulama dan sebagainya. Insya Allah, almarhum KH. Abdullah bin KH. Mu’min di antara golongan orang-orang yang ahli surga. Aamiin.SILAHKAN DI BAGIKAN  KE BERANDA / DI TANDAI  DI SALAH SATU FOTO DI ALBUM  JIKA YANG DI TANDAI DAPAT TERMOTIVASI TUK BAIK,. INSYAALAH AKAN DI CATATKAN SEBAGAI SUATU AMAL BAIK, AAMIIN,.(¯`'•.¸(¯`'•.¸*♥♥♥♥*¸.•'´¯)¸.•' ´¯)♥(¯`'•.¸(¯`'•.¸*♥♥*¸.•'´¯ )¸.•' ´¯)♥♥♥(¯`'•.¸(¯`'•.¸**¸.•'´¯) ¸.•'´ ¯)♥♥.•*´¨`*••• by-boy’s•••♥*´¨`*•.(_¸.•'´(_¸.•'´*♥♥♥♥*`'•.¸_)`'• .¸_)♥(_¸.•'´(_¸.•'´*♥♥*`'•.¸_ )`'•. ¸_)♥♥♥(_¸.•'´(_¸.•'´**`'•.¸_) `'•.¸ _)♥♥´´´¶¶¶¶¶¶´´´´´´¶¶¶¶¶¶´´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´¶¶¶¶´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´¶¶¶¶´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´¶¶¶¶¶ ´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶ ´¶¶¶¶¶´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´´´´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´´´´´´´´´¶¶¶¶¶¶¶¶´´´´´´´´´´´´´´¶¶¶¶´´´´´´´´´´´´´´´¶¶(´'`v´'`)`•.¸.•´♥ Semoga Bermanfaat ...Aamiin Ya Robbal'alamiin ♥♥*~♥.•*`¨´*•.*♥*.•*`¨´*♥*(¨*•.¸´•.¸ ﷲ*♥*.•*`¨´*•.♥~*♥´•.¸) ♥.````•.¸) SALAM UHIBBUKUM FLILAH♥.````.•*´¨`*•.(`'•.¸(`'•.,* ♥ ¤ ♥ *¸.•'´)¸.•'´).•*´¨`*•.
Add caption
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِارَّحْمَنِ ارَّحِيم

Pada Minggu, 02 Agustus 2009, Jalan Garuda Pintu Air Rt.03/02 Jurumudi Baru, Kec. Benda, Tangerang, telah dikejutkan oleh sebuah berita penemuan sesosok jenazah yang masih utuh. Mereka terkejut karena kejadian ini tidak masuk akal. Bagaimana tidak? Jenazah yang sudah dikubur puluhan tahun, tapi kondisinya masih utuh, termasuk kain mori yang membungkus tubuhnya dengan rapat.

Kejadian tersebut benar adanya, bukan rekayasa manusia yang sengaja mencari sensasi. Ini murni merupakan bentuk dari salah satu kekuasaan Allah yang telah dipertunjukkan kepada manusia bahwa jenazah pun masih bisa utuh, tidak lapuk dimakan rayap atau binatang tanah lainnya, jika selama hidupnya dia seorang yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt.

Keajaiban Tuhan kerapkali terjadi di sekitar kita. Ditemukannya sesosok jenazah utuh di Jurumudi Baru, Benda, Tangerang, merupakan salah satunya.

Pertanyaannya: Siapakah sosok jenazah yang mendapatkan kemuliaan dari Allah tersebut? Bagaimana perilaku sewaktu hidupnya, hingga Allah begitu menjaga jenazahnya selama bertahun-tahun?

Sosok jenazah utuh itu bernama KH. Abdullah bin KH. Mu’min. Semasa hidupnya beliau pernah menjabat sebagai mantan Wakil Ketua Pengadilan Agama Tangerang. Dia seorang pejabat, tapi hidupnya sangat sederhana. Jauh dari korupsi. Padahal, kesempatan itu terbuka lebar di depan mata. Ke mana-mana ia selalu pakai sepeda onthel. Satu hal yang sebenarnya berbalik seratus derajat dengan jabatannya kala itu.

“Saat kecil, saya suka dianter Bapak pakai sepeda ke sekolah. Bapak pernah disuruh naik motor, tapi ia tidak mau,” ujar Ahmad Pathi, putra keenam almarhum.

Bahkan, ke kantor pun yang jaraknya lumayan jauh, almarhum suka pakai sepeda. Paling banter, ia dijemput naik motor atau mobil orang lain. Begitulah kesederhanaan almarhum, yang kemudian diajarkan pada anak dan santri-santrinya.

Lebih dari itu, beliau adalah seorang mu’allim (orang berilmu), kyai, dai, ustadz, dan guru besar. Warga Jurumudi Baru menyebutnya “Buya”. Sebuah gelar yang tidak mudah didapatkan, tentunya. Sebuah gelar kemuliaan atas kedalaman ilmunya dan keluarbiasaan etikanya. Ya, beliau terkenal sangat wara’ (rendah hati).

Alharmum merupakan didikan Darul ‘Ulum, Mekkah al-Mukarramah. Ketika perang dunia kedua berkecamuk, beliau dipanggil pemerintah untuk pulang. Seluruh pelajar Indonesia di luar negeri, diharuskan pulang ke negaranya saat itu. “Mungkin untuk bela negara,” ujar Ahmad Pathi, lelaki berusia 50 tahunan ini. Padahal, saat itu masa belajarnya baru enam tahun di sana (bukan 25 tahun, seperti yang ditulis banyak media) dan ia berniat ingin lebih lama lagi di negeri suci tersebut. Namun, apa daya, kondisi dalam negeri yang sedang berkecamuk perang, memaksanya untuk pulang ke kampung halaman.

Sekembalinya dari Mekkah, hidup almarhum banyak diabdikan untuk kepentingan agama. Ia kerapkali mengisi pengajian di kampungnya dan desa tetangga, baik sebagai khatib Jum’at, pemimpin doa dan ceramah agama. Selain itu, ia juga mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Ihsanuddiniyyah di atas tanah wakaf dan mushola Al-Najat, yang letaknya berada di bibir sungai Cisadane.

Menurut Ahmad Pathi, tanah wakaf yang di atasnya terdapat MI itu pernah digugat oleh salah seorang ahli warisnya. Ia datang mencak-mencak dan minta tanah itu dikembalikan kepada keluarganya. Padahal, ia masih keluarga jauh. Tapi, apa jawaban almarhum saat itu, “Silakan saja diambil tanahnya. Kalau mau, madrasahnya juga sekalian, nggak apa-apa.”

Almarhum, di mata anak-anaknya, memang terkenal sangat sabar. Termasuk dalam menghadapi kasus di atas. Emosinya tidak mudah terpancing. Akhirnya, hingga kini tanah itu pun tidak jadi digugatnya. Ini mungkin berkat kesabaran almarhum.

Meski terkenal sabar, almarhum begitu ketat dalam mendidik pelajaran agama pada anak dan muridnya. “Saya pernah disabet dan ditabok karena nggak bisa,” kenang Ahmad Pathi, yang baru kali ini menangis saat diwawancarai, padahal sudah beberapa kali media mewawancarainya.

Almarhum memiliki tiga istri. Dari pernikahan pertamanya dengan Rohani (almarhumah), beliau dikaruniai dua anak. Dari istri keduanya, Maswani (almarhumah), dikaruniai lima anak. Terakhir, beliau menikahi Hj. Romlah asal Kramat Pulo dan tidak dikaruniai anak.

Almarhum meninggal pada 22 Oktober 1983 karena gagal ginjal. Ia sempat dirawat di RSCM sebelum ajal merenggutnya. Menurut Ahmad Pathi, saat dikuburkan pertama kali, sebenarnya tidak ada yang ganjil pada prosesi penguburannya, misal kuburannya melebar, wangi. Namun, setelah kuburannya dibongkar, keajaiban itu justru muncul. Jenazahnya ditemukan masih utuh setelah 26 tahun terkubur. Ini benar-benar mengejutkan, yang membuat banyak warga berduyun-duyun datang melihatnya.

Korban Pembuatan Jalan Baru ...

Ditemukannya jenazah utuh KH. Abdullah bin KH. Mu’min berawal dari proyek pembuatan jalan baru yaitu Jalan Garuda, yang menghubungkan daerah Tangerang ke Bandara Soekarno Hatta. Akibat proyek ini banyak rumah dan bangunan lainnya yang harus digusur, salah satunya makam almarhum KH. Abdullah bin KH. Mu’min dan mushola al-Najat, yang letaknya dekat dengan Pesantren Ash-Shiddiqiyah II milik KH. Noer Muhammad Iskandar SQ.

“Sejak tahun lalu, kami sebenarnya sudah diminta oleh Pemda Tangerang melalui Lurah Jurumudi agar makam dan mushola segera dibongkar. Tapi, kami tetap kukuh untuk mempertahankannya,” ujar H. Abdul Baqi (62 th), putra ke-2 dari istri pertama almarhum yang bernama Ibu Rohani.

Pasalnya, itu adalah makam bersejarah seorang ulama terkenal di kampungnya. Jadi, keluarga pun mempertahankannya. Sikap kukuh keluarga ini ternyata didukung warga setempat. Padahal, hampir seluruh rumah dan bangunan yang sejajar dengan bangunan makam dan mushola tersebut sudah dibongkar habis. “Malahan, di daerah Tangerang sana, jalannya sudah selesai dibuat,” ujar H. Abdul Baqi.

Namun, karena desakan pemerintah dan permintaan dari lurah, akhirnya keluarga besar KH. Abdullah luluh juga hatinya. “Itu juga kami minta habis lebaran saja pembongkarannya,” ujar Ahmad Pathi. Namun, waktunya tak bisa diundur lagi. Akhirnya, pada hari Minggu, 02 Agustus 2009, keluarga pun sepakat untuk membongkar makam dan mushola.

Pertama kali yang dibongkar adalah makam. Pembongkaran dilakukan pada jam 08.00 WIB. Jadi, keadaan masih pagi, ketika sebagian orang mungkin banyak yang pergi ke kantor untuk bekerja. “Atas upaya pembongkaran ini, kami tidak mengundang banyak orang untuk datang,” ujar H. Abdul Baqi. Namun, ketika pembongkaran itu baru saja dimulai, orang pada berdatangan untuk melihat. Mereka mungkin penasaran karena sosok yang ada di dalamnya adalah seorang kyai yang kharismatik dan juga karena proses pembongkarannya yang berkali-kali molor.

Pembongkaran dilakukan orang lain. Keluarga hanya mengontrolnya dari atas. Perlahan-lahan tanah digali dengan dua cangkul. Makin lama galian itu semakin dalam hingga datang satu kejadian dahsyat, yang membuat mata orang terbelalak terkejut. Papan-papan yang terbuat dari kayu kamper yang menutup tubuh jenazah, tampak masih utuh dan tidak patah sedikit pun. Ini benar-benar ajaib. Warnanya saja berubah, agak gelap sedikit. Padahal, logikanya, kayu apapun jika ditanam sangat lama, apalagi sampai 26 tahun, bisa hancur dimakan rayap atau binatang tanah. Tapi, ini tidak terjadi dan ini benar-benar tidak masuk akal.

Keterkejutan orang tidak berhenti sampai di situ. Saat papan-papan itu diangkat ke atas, mereka kembali dibuat terkejut karena melihat sesosok jenazah yang masih utuh, persis ketika pertama kali dikuburkan. Hanya saja, kain mori (kain jenazah) sudah tampak kotor dengan lumpur. Bukan itu saja, jenazah juga tampak sangat harum dan rambutnya agak memutih.

Kejadian itu pun membuat terpana banyak orang. Bahkan, sebagian orang ada yang menangis, tak terkecuali keluarganya sendiri. Ahmad Pathi segera turun ke bawah dan mengangkat bagian kepala dan pundak bapaknya. “Saat itu hati saya berdesir ingin menangis karena haru,” ujarnya.

Jenazah almarhum KH. Abdullah itu lalu dibawa ke mushola yang baru sebagian dibongkar. Setelah dibersihkan lagi dan dishalatkan, jenazah itu pun segera dikuburkan lagi. “Kami tidak ingin jenazah ini menjadi tontonan banyak orang,” ujar Ahmad Pathi. Akhirnya, jam 11.00 WIB hari itu juga, jenazah pun dikuburkan kembali di pemakaman keluarga yang letaknya hanya beberapa meter dari kuburan sebelumnya. Di situ sudah ada makam salah seorang anak dan istrinya.

Saat dikubur kembali, kain mori lama yang membungkus tubuh jenazah tidak dibuang. Kain itu tetap melekat dan ditambah lagi dengan kain yang baru seukuran 3 meter. “Jadi, jenazah bapak dibungkus double dengan kain yang lama dan kain yang baru,” ujar Ahmad Pahti. Dan sebagai saksi sejarah, salah satu papan yang ditemukan utuh itu, diambil dan disimpan di rumahnya. Sementara papan-papan yang lain dikuburkan lagi bersama jenazah KH. Abdullah.

Berita ditemukannya jenazah utuh KH. Abdullah ini telah membuat geger banyak orang, tidak saja di kawasan Tangerang, tapi juga melintasi batas daerah. Apalagi, setelah beritanya dimunculkan di salah satu televisi swasta. Banyak orang berdatangan dan penasaran untuk melihatnya. Tak terkecuali wartawan media massa atau elektronik, saling berebut untuk mendapatkan beritanya, termasuk Hidayah.

Namun, satu kisah tersisa dari kejadian di atas adalah ada sebagian orang yang tidak mempercayainya. Bahkan, ada seorang ahli forensik yang meragukan kebenaran berita tersebut, tanpa melihatnya secara langsung. Polres Tangerang pun sampai datang dua kali ke sana untuk mengkroscek kebenarannya. “Jangan-jangan ini hanya untuk cari sensasi saja seperti kasus-kasus yang lain,” ujar Ahmad Pathi. Namun setelah dicek langsung, akhirnya berita itu nyata adanya.

Dalam kacamata agama, terutama kaum sufistik, apa yang terjadi pada jenazah KH. Abdullah bin KH. Mu’min sangat bisa terjadi. Jika Allah sudah berkehendak, maka apapun yang terlihat mustahil bisa menjadi mungkin. Mungkin kita ragu bahwa jenazah yang lama, bahkan puluhan tahun, terkubur masih bisa utuh. Namun, keraguan itu akan sirna jika kita mengetahui bahwa jenazah yang dikubur adalah seorang yang alim, shaleh, baik hati atau hafidz.

Satu hal yang harus diketahui bahwa almarhum juga seorang hafidz (penghafal al-Qur’an). Dia menguasai seluruh ayat al-Qur’an yang jumlahnya 30 juz dan 144 surat tersebut. Ini semua didapatkannya karena pengembaraannya ke Darul Ulum, Mekkah Al-Mukarramah, selama enam tahun.

Dalam banyak kasus yang dihadapi oleh Hidayah, jenazah seorang hafidz kerapkali masih utuh meski bertahun-tahun dikubur. Apalagi, jika dia juga seorang yang terkenal alim pada masanya. Standar yang kita pakai dalam kasus ini adalah standar agama, bukan ilmu forensik dan sebagainya.

Semoga apa yang terjadi pada jenazah KH. Abdullah di atas bisa dijadikan pelajaran kita semua bahwa jika kita ingin menjadi ahli surga, maka haruslah menjadi orang yang baik di mata masyarakat dan di mata Allah. Syukur-syukur kita adalah seorang hafidz al-Qur’an, ustadz, kyai, ulama dan sebagainya. Insya Allah, almarhum KH. Abdullah bin KH. Mu’min di antara golongan orang-orang yang ahli surga. Aamiin.

SILAHKAN DI BAGIKAN KE BERANDA / DI TANDAI DI SALAH SATU FOTO DI ALBUM JIKA YANG DI TANDAI DAPAT TERMOTIVASI TUK BAIK,. INSYAALAH AKAN DI CATATKAN SEBAGAI SUATU AMAL BAIK, AAMIIN,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar